TEKNIK – TEKNIK MELUKIS
Disusun Oleh:
IRFAK
IKHSAN Z
Kelas:
XII
IPA 4
No. Absen:
10
PEMERINTAH
KABUPATEN JEMBER
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI 2 TANGGUL
JL.SALAK
NO 126. ' 0336 441014 TANGGUL
JEMBER
SENI LUKIS
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua
dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu.
Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan
bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang
digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji
tertentu kepada media yang digunakan. Teknik-teknik dalam melukis
1.
Anamorfisme
Anamorfisme berarti penyajian perspetif atau
proyeksi yang terdistorsi. Lebih khusus istilah ini mengacu kepada imaji yang
terdistorsi sedemikian rupa hingga hanya akan terlihat normal jika dilihat dari
sudut tertentu.
Leonardo's
Eye (Leonardo da Vinci, sekitar 1485) adalah salah satu contoh karya
anamorfosis tertua yang pernah ditemukan.Selama abad 17th, Mural trompe l'oeil
di masa Barok sering menggunakan teknik ini untuk mendapatkan kombinasi
arsitektural yang sempurna dengan ilusi visual. Saat pengunjung melihat
bangunan dari sudut yang tepat, maka bangunan tersebut akan menyatu dengan
lukisan dekoratif yang ada. Hans Holbein the Younger adalah salah satu contoh
pengguna trik anamorfisme dalam karyanya.Kubah dan rangka langit-langit dari
Gereja St. Ignazio di Roma Rome, yang dilukis oleh Andrea Pozzo, memperlihatkan
contoh ilusi ini. Diawali oleh kekhawatiran kubah yang terlalu tinggi akan
mengganggu pencahayaan untuk bangunan di sekitar, maka Pozzo ditugaskan untuk
membuat ilusi kubah tersebut daripada harus membangun kubah yang sebenarnya.
Bagaimanapun, karena karya ini tetap bersifat dimatra, hanya pada titik
tertentu saja pengunjung bisa merasakan kubah ini benar-benar nyata.Contoh lain
adalah lukisan kapur di trotoar oleh Kurt Wenner dan Julian Beever di mana
lukisan kapur, ubin, dan bangunan di sekitar menyatu menjadi sebuah ilusi.IMAX,
Cinemascope dan format layar lebar lain bisa menggunakan teknik anamorfisme
untuk menciptakan ilusi pemandangan trimatra dari slide dimatra.ex: Lukisan
Andrea Pozzo dilangit-langit gereja St. Ignazio
2.
Sotto in su
Sotto in su, berarti terlihat dari bawah
(atau populer pula dengan sebutan di sotto in su), adalah teknik lukisan
ilusionistis yang biasanya digunakan untuk lukisan langit-langit untuk
memberikan persepsi perspektif. Setiap elemen yang dilihat oleh pemirsa disusun
agar memberikan ilusi yang tepat.
Lukisan
Andrea Pozzo di langit-langit gereja St. Ignazio.Sotto in su, berarti terlihat
dari bawah (atau populer pula dengan sebutan di sotto in su), adalah teknik
lukisan ilusionistis yang biasanya digunakan untuk lukisan langit-langit untuk
memberikan persepsi perspektif. Setiap elemen yang dilihat oleh pemirsa disusun
agar memberikan ilusi yang tepat. SejarahTeknik ini banyak digunakan pada masa
Barok untuk lukisan fresko. Diperkirakan teknik ini pertama kali digunakan
Andrea Mantegna dalam Camera degli Sposi (Mantua). Selain itu juga terdapat
nama-nama Antonio da Corregio dalam Duomo Parma, Pietro da Cortona dengan
karyanya Allegory of Divine Providence and Barberini Power di Palazzo
Barberini, dan Andrea Pozzo dengan karyanya Apotheosis of St Ignatius.
Hatching (hachure dalam Bahasa Perancis)
dan juga cross-hatching adalah teknik dalam lukisan dan karya grafis
yang digunakan untuk memberikan efek warna maupun bayangan dengan membuat
garis-garis paralel. Jika garis-garis paralel ini ditimpa dengan garis-garis
paralel lain yang saling berpotongan, maka teknik ini menjadi cross hatching.
Perupa menggunakan teknik ini
dengan memvariasikan jarak, sudut, panjang, dan jenis-jenis garis sehingga dihasilkan gradasi bayangan
tertentu.
Konsep
utama dari hatching adalah bahwa kepadatan, jumlah, dan ketebalan garis
akan sangat mempengaruhi efek bayangan yang dihasilkan. Dengan meningkatkan
kepadatan, jumlah, dan jarak antar garis, maka bayangan yang dihasilkan semakin
gelap, begitu pula sebaliknya.
Kontras
bayangan bisa pula dicapai dengan mendekatkan dua jenis hatching yang berbeda
sudut garisnya. Sebagai hasilnya, variasi garis ini akan memberikan ilusi
warna, yang bila digunakan secara konsisten akan mengasilkan imaji yang realistis.
Albrecht
DŸrer, Veronica, 1513. Contoh penerapan teknik hatching.Hatching (hachure dalam
Bahasa Perancis) dan juga cross-hatching adalah teknik dalam lukisan dan karya
grafis yang digunakan untuk memberikan efek warna maupun bayangan dengan
membuat garis-garis paralel. Jika garis-garis paralel ini ditimpa dengan
garis-garis paralel lain yang saling berpotongan, maka teknik ini menjadi cross
hatching.Perupa menggunakan teknik ini dengan memvariasikan jarak, sudut,
panjang, dan jenis-jenis garis sehingga dihasilkan gradasi bayangan
tertentu.Teknik ini sangat populer pada masa Renaisans Awal.Teknik dasarKonsep
utama dari hatching adalah bahwa kepadatan, jumlah, dan ketebalan garis akan
sangat mempengaruhi efek bayangan yang dihasilkan. Dengan meningkatkan
kepadatan, jumlah, dan jarak antar garis, maka bayangan yang dihasilkan semakin
gelap, begitu pula sebaliknya.Kontras bayangan bisa pula dicapai dengan
mendekatkan dua jenis hatching yang berbeda sudut garisnya. Sebagai hasilnya,
variasi garis ini akan memberikan ilusi warna, yang bila digunakan secara
konsisten akan mengasilkan imaji yang realistis.
Impasto adalah teknik lukisan di
mana cat
dilapiskan dengan sangat tebal di atas kanvas sehingga arah goresan
sangat mudah terlihat. Cat yang digunakan bisa pula tercampur di atas kanvas.
Saat kering, teknik impasto akan menghasilkan tekstur yang jelas, sehingga
kesan kehadiran objek lebih terasa.
·
Aplikasi
Cat minyak sangat cocok dengan
teknik ini, sebab ketebalannya yang tepat, proses pengeringan yang lama, dan
sifat opacitynya yang buruk. Sifat ini
bahkan bisa diperkuat dengan penggunaan linseed oil. Akrilik bisa diolah dengan teknik impasto, meskipun sangat jarang karena
cat jenis ini mengering dalam waktu singkat. Sementara pemakaian teknik impasto
pada cat air maupun tempera hampir mustahil tanpa
medium pengental seperti Aquapasto™.
Impasto
memberikan dua efek. Pertama memberikan kesan pantulan cahaya berbeda
dibandingkan dengan goresan kuas biasa. Yang kedua memberikan kesan ekspresi
yang lebih kuat. Pemirsa lukisan bisa menyadari seberapa kuat kuas atau pisau
palet digoreskan, serta kecepatan goresannya.
Tujuan pertama lebih sering dipakai oleh pelukis klasik seperti Rembrandt, seperti untuk memperlihatkan lipatan kain atau pantulan cahaya
dari perhiasan. Sementara tujuan kedua sering digunakan oleh pelukis pada era
modern seperti Vincent van Gogh. Frank
Auerbach menggunakan teknik impasto secara berlebihan untuk menampilkan
kesan trimatra yang benar-benar kuat.
·
Sejarah
Meskipun kata ini baru muncul pada periode Barok, penggunaan teknik trompe-l’Å“il sebenarnya telah terjadi jauh
sebelumnya. Biasanya teknik ini dipakai pada mural, sebagai contohnya di
reruntuhan kota Pompeii. Contoh-contoh yang
klise dari trompe-l’Å“il adalah jendela, pintu, atau koridor tiruan yang
dimaksudkan menciptakan ilusi ruangan yang luas.
Dengan pemahaman yang sudah sangat dalam tentang perspektif pada masa Renaisans, pelukis sangat sering menambahkan teknik trompe-l’Å“il ke dalam
lukisan mereka, untuk merusak batas antara imaji dan kenyataan. Sebagai
contoh, seekor lalat bisa saja
terlihat menempel di atas bingkai lukisan, sehelai kertas terlihat menempel di
atas papan tulis, atau orang yang terlihat menggapai lukisan.
Interior dari gereja Jesuit pada periode mannerisme di bagian langit-langit sering memperlihatkan lukisan dengan
teknik trompe-l’Å“il. Lukisan-lukisan ini biasanya memperlihatkan usaha anamorphosis dari dasar gereja menuju
langit untuk memperlihatkan proses pengangkatan Yesus atau Bunda Maria.
Trompe-l’Å“il juga bisa ditemukan di berbagai furnitur, seperti meja ataupun kursi, seperti misalnya kartu permainan
yang bisa terlihat sangat nyata di atas meja.
Teknik ini diperkenalkan kembali di Amerika Serikat pada abad 19
oleh pelukis William
Harnett. Pada abad 20, Richard
Haas membuat mural dengan pemanfaatan teknik trompe-l’Å“il di kota-kota
Amerika.
Varian lain dari teknik trompe-l’Å“il adalah Lukisan
matte, teknik dalam pembuatan film di mana beberapa bagian
adegan yang rumit digambarkan di atas kaca yang dilapiskan di depan kamera
selama proses syuting berlangsung. Contohnya
di dalam film-film awal Star Wars.
Di dalam kartun, trompe-l’Å“il sering ditemukan dalam Looney
Tunes. Misalnya di dalam Road Runner, Wile E . Coyote
menggambarkan terowongan palsu tetapi Road Runner selalu berhasil berlari
menembusnya. Saat Coyote dengan bodoh mengikuti Road Runner, ia malah menabrak
lukisan tersebut.
6. Sfumato
Lukisan Mona Lisa oleh Leonardo da Vinci memperlihatkan teknik
sfumato yang sempurna, terutama pada bagian sekitar mata.
Sfumato adalah istilah yang digunakan dan dipopulerkan Leonardo da Vinci untuk merujuk pada
lukisannya yang melapiskan warna-warna yang berdekatan untuk menciptkan ilusi
kedalaman, volume, dan bentuk. Sebagai hasil akhir, perpindahan warna tersebut
tidak lagi terlihat jelas.
Dalam
bahasa Italia, sfumato berarti berasap, tetapi dibedakan dengan
istilah fumo yang berarti asap. Leonardo sendiri mendeskripsikan
sfumato sebagai “tanpa outline“, dalam pengertian berkabut atau detail
yang tidak dihasilkan oleh penggunaan garis secara disengaja.
Cyclorama adalah lukisan yang didesain dalam
media silinder dengan maksud pemirsa akan berada di tengah silinder tersebut,
dan bisa menikmati pemandangan selebar 360°. Biasanya teknik ini dipakai untuk
menampilkan pemandangan alam yang mengagumkan.
Cycloramas pertama kali ditemukan seorang bangsa Irlandia, Robert
Barker yang ingin membuat panorama dari bukit sekitar Edinburgh, Skotlandia. Ia kemudian membuat
karya Cyclorama Edinburgh pada tahun 1787.
Karya cyclorama sangat populer di akhir abad 19. Yang paling
populer adalah yang menampilkan perjalanan dari kota ke kota, seperti sebuah
film modern. Saat pemirsa berdiri di tengah silinder, musik dan narasi akan
mengiringi pandangannya. Kadang efek diorama ditambahkan sebagai latar depan untuk
mememberikan kesan realistik.
Banyak
bangunan silinder atau heksagonal didirikan di Amerika Serikat dan kota-kota
Eropa unuk memberi ruang bagi lukisan cyclorama.
Ada
ratusan cyclorama yang dibuat pada masa kejayaannya. Tetapi hanya 30 yang masih
terawat dan bisa dinikmati.
Chiaroscuro berasal dari kata Italia yang berarti gelap-terang
yang bisa juga diartikan menjadi kontras yang sangat kuat antara
cahaya dan bayangan di dalam suatu karya
seni.
·
Ciri
Hal yang menjadi ciri khas chiaroscuro adalah pengaplikasian
cahaya pada objek lukisan yang memberikan kesan trimatra sangat jelas akibat
pengaplikasian highlight dan bayangan. Teknik ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang perspektif,
reaksi permukaan benda terhadap pantulan cahaya, dan proses pembentukan
bayangan.
Berbeda dengan gambar dari zaman modern, kesan trimatra tidak
dihasilkan oleh kontur goresan kuas, tetapi hanya dari gradasi warna terang ke
gelap.
·
Sejarah
Teknik ini mulai diperkenalkan pada abad 15 oleh pelukis Italia
dan Flander (Belgia Utara). Tetapi pemanfaatannya secara luas baru terjadi pada
abad 16, pada periode Mannerisme dan Barok. Objek yang cenderung berwarna gelap diberikan pencahayaan secara
dramatis oleh sumber cahaya dan terkadang tidak terlihat di dalam lukisan itu
sendiri. Sebagai contoh pengusung teknik ini adalah Ugo
da Carpi (c.1455-c.1523), Giovanni
Baglione (1566–1643) and Caravaggio (1573-1610).
Teknik ini kemudian merambah seni cetak pada abad 18, yang sering
dipakai dalam karya aquatint, xylograf, dan gambar-gambar
dengan tinta china lainnya.
Teknik chiaroscuro dalam karya cetak sedikit berbeda dengan teknik
camaieu Jerman, di mana efek
grafis terlihat berbeda jelas dalam pembentukan efek pantulan plastik, dan
lebih sering menggunakan medium kertas berwarna.
Di dalam dunia sinema, Sin
City adalah contoh film yang mengaplikasikan teknik ini.
Salah satu teknik yang berhubungan dekat dengan chiaroscuro adalah
tenebrisme. Dalam bahasa Italia,
kata tenebroso berarti berpendar (bisa pula diartikan pencahayaan
dramatis). Lukisan dengan teknik ini menggunakan kontras yang sangat kasar
dalam gradasi gelap ke terang, yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari
chiaroscuro. Bedanya, posisi sumber cahaya terlihat jelas di dalam lukisan.
Contoh perupa yang menggunakan teknik
teberisme adalah Caravaggio, Georges
De La Tour, dan Rembrandt.